Setiap crocheter pasti punya
ceritanya sendiri. Apalagi diawal-awal merajut. Pasti iya kan? Kenapa kita
tidak berbagi cerita saja?
Sebaik-baiknya ilmu yang kamu dapat, alangkah baiknya bila ilmu itu
kamu temukan sendiri. Bukan karena dari orang lain.
Itulah kalimat penyemanat,
penyelamat, sekaligus penghibur saya selama ini. Tidak dipungkiri, ilmu merajut saya dapatkan
secara otodidak. Pada masa dahulu kala ketika usia masih belasan tahun, saya
diajarin oleh ibu saya merajut. Yaitu membuat kunciran rambut. Dengan tekhnik
dasar yang sangat simpel, bahannya
benang wol dan alat jarum hook yang kecil. Itu saja.
Waktu berlalu…..
Suatu hari melihat teman sedang
merajut, membuat sebuah syal untuk gebetannya.
Saya dalam hati berkata, sepertinya kalau aku membuat bisa kok lebih
bagus dari yang itu. Tergodalah saya untuk membuat, iya membuat syal. Dengan bekal
tekhnik, alat, dan bahan yang sama dengan yang waktu dulu itu. Sempat beberapa
waktu saya kena demam merajut ini. Yang mana karena kesibukan, akhirnya
berhenti lagi.
Suatu waktu….
Muncul demam bros rajut. Bersamaan
dengan mudahnya akses internet. Mulai berseluncur di internet tentang rajut. Baru
tahu saya bahawa merajut yang pernah saya lakukan selama ini namanya crochet. Dan,
saya jatuh cinta pada knitting. Iya,knitting. Gara-gara internet saya jadi tahu
crochet dan knitting yang mana keduanya diterjemahkan dalam bahasa indonesia
yang disebut dengan merajut. Baiklah, tidak perlu kita perdebatkan apa itu arti
merajut itu crochet atau knitting.
Seperti saya bilang tadi, saya
jatuh cinta pada knitting. Knitting yang menggunakan dua jarum. Yang mana lebih
sering ada di film-film daripada crochet. So, sepertinya lebih keren gitu. Dan lagi
karena knitting itu merujuk pada baju-baju hangat yang rasanya juga tidak kalah
keren gitu. Dan baju-baju hangat nan
keren itu, tidak jadi keren kalau menggunakan tekhnik crochet! (pikiran saya waktu
itu). Untuk mengenalnya lebih dalam, saya sempet mencoba beberapa tekhnik. Tidak,
saya tidak punya alat knitting. Saya meggunakan sumpit kayu, yang saya dapat
dari souvenir pernikaan teman. Haha. Ujungnya saya runcingkan. Asyik juga
ternyata.
Dan ternyata o ternyata…….
Semakin lama saya memasuki kedalaman
cinta saya, saya meragukan sendiri cinta saya. Dengan melihat,menimbang dan
memutuskan, ternyata saya lebih mencintai crochet. Lebih variatif, lebih kaya,
dan bisa diaplikasikan kemana saja ke apa saja. Begitu cintaku.
Dari situlah…….
Saya mulai mendalami rajut secara
serius. Banyak percobaan-percobaan diawal yang gagal. Taruh, tinggalkan, ganti,
suda terlalu biasa menghiasi timeline crochet saya. Minim pengetahuan tentang
benang, jarum,motif, teknik dan aplikasi tidak menyurutkan semangat saya. Yang penting
hajar dulu lah. Sering juga jatuh ke hal-hal yang bodoh rasanya. Belajar sendiri
alias otodidak, tidak ada guru untuk bertanya atau teman untuk saling berbagi
dalam merajut. Belum lagi adanya
keraguan tentang keyakinan saya untuk merajut dalam hidup saya.
Sekarang kita tahu, benang ada
ukurannya ada jenisnya. Jarum pun ada ukurannya. Tinggal disesuaikan apa yan
mau dibuat dengan bahan dan alat yang dipakai. Apapun juga bisa dipakai sebagai
pengganti benang, bahkan tak melulu pakai jarum pakai tanganpun jadi.
Ya, begitulah….
Pelan-pelan dijalani. Sedikit-sedikit
mewujudkan mimpi. Masih banyak lagi mimpi yang mesti diwujudkan. Dan ternyata
crochet sudah jauh lebih berkembang dari apa yang pernah di ajarkan oleh ibu
saya dulu. Terima kasih ibu, sudah memberikan saya perkenalan yang manis waktu
itu. Terima kasi juga buat teman hidup saya yang suda kasi big-big support
selama ini.
Teruslah merajut teman-teman. Semesta
merajut,merajutlah semesta…..
Salam rajut,
Dj R